Pages

Thursday 28 February 2013

Ex Pengungsian Vietnam , Galang


Selamat datang di ex pengungsi Vietnam, Galang island. Bergidik juga ketika memasuki kawasan ini. Selesai membayar sepuluh ribu untuk tiap kendaraan yang masuk, perlawatan ini dimulai.

Kompleks bekas kamp pengungsi ini sangat teduh seperti di hutan wisata dengan jalan beraspal hotmix yang bagus. Petunjuk jalan yang jelas sangat membantu navigasi para pengunjung. Di dalam bekas camp ini, pengunjung disuguhi peninggalan-peninggalan pengungsi yang sebagian masih terawat dan sebagian sudah rusak.

Disini ada peninggalan berupa bekas-bekas barak pengungsi yang sekarang sudah kosong, tempat ibadah, tempat berkegiatan baik pertanian dan pemuda, rumah sakit, bekas kantor PBB untuk urusan pengungsi (UNHCR), kantor polisi, kuburan, monumen bekas kapal-kapal yang mengangkut pengungsi (manusia perahu) dan sarang penunjang kamp seperti water treatment plant dan generator. Setiap situs dilengkapi dengan ulasan singkat dalam bentuk tulisan yang membantu kita, pengunjung, memahami apa yang terjadi pada waktu lampau di lokasi itu.

Berada di tengah-tengah kamp ini seolah-olah diri kita terbawa akan keriuhan kamp ini ketika masih ditempati pengungsi. Seolah-olah mereka masih ada disana walau hanya terlihat barak-barak kosong, namun yang ada di dalam pikiran kita adalah betapa barak sempit ini pasti sangat kumuh ketika mereka masih ada disana. Betapa penderitaan para pengungsi seolah mengalir dalam pikiran.

Hidup dalam pengungsian tentunya sangat tidak mengenakkan. Campur baur semua kalangan ada yang dokter, insinyur, tukang, penjahat, petani dan semua bercampur baur dengan anak-anak kecil, balita dan pemuda-pemudi serta manula. Permasalahan juga sangat kompleks, terjadi pembunuhan, perkosaan, serangan penyakit, kegilaan dan lain-lain.

Sukurlah semua sudah berakhir, Vietnam sudah aman dan mulai membangun diri. Saya membayangkan seandainya saya salah satu dari pengungsi itu dan saat itu kembali kesana untuk melihat kilas balik perjalanan hidup. Pastilah tak henti cucuran air mata dan tawa sepanjang perlawatan itu. Sepeninggal dari kamp itu saya berdoa, Tuhan semoga tidak ada lagi tempat-tempat seperti ini di Indonesia dan di dunia ini.
Foto 1. Gerbang Kuil Quan Am Tu. Kuil ini sudah direnovasi dan tidak melalui gerbang ini lagi.



















Foto 2. Monumen kapal. Kapal-kapal ini lah yang membawa mereka, para manusia perahu ke pulau Galang.

















Foto 3. Foto-foto tibanya pengungsi Vietnam di Pulau Galang dipampang dengan billboard besar
















Foto 4. Ngha Trang grave, untuk mereka yang tidak berkesempatan kembali ke tanah leluhur menikmati kemerdekaan.

Friday 22 February 2013

Jembatan Barelang Batam



Jembatan Barelang adalah sebuah nama yang sangat tidak asing lagi di telinga. Terutama untuk penduduk di Pulau Batam, juga bagi turis lokal dan mancanegara. Lokasi Jembatan Barelang terletak sekitar 20 kilometer dari pusat kota Batam, provinsi Kepulauan Riau, Indonesia.
Jembatan Barelang terdiri dari  enam buah jembatan yang menghubungkan tiga pulau besar dan beberapa pulau kecil yang termasuk dalam provinsi Kepulauan Riau. Nama Barelang sendiri merupakan kepanjangan dari Batam-Rempang-GalangBatam-Rempang-Galang adalah nama tiga buah pulau besar yang dihubungkan oleh jembatan ini.
Jembatan ini dibangun pada tahun 1992 dan selesai tahun 1998, pemrakarsanya  adalah Bapak B.J Habibie yang waktu itu menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi. Pembangunan jembatan ini menghabiskan biaya lebih dari Rp 400 miliar. Biaya yang dihabiskan ini tampaknya sangat sebanding jika dilihat dari kemegahan jembatan kokoh ini.
Jembatan dengan total panjang 2.264 meter ini terdiri dari rangkaian enam jembatan yang masing-masing diberi nama raja yang pernah berkuasa pada zaman Kerajaan Melayu Riau pada abad 15-18 Masehi.
1. Jembatan yang pertama sekali kita temui disebut dengan nama Jembatan Tengku Fisabilillah. Jembatan ini adalah jembatan yang paling dikenal oleh masyarakat. Jembatan ini menghubungkan Pulau Batam dengan Pulau Tonton dan memiliki lebar tinggi 642 x 350 x 38 meter. Ada sumber yang mengatakan bahwa struktur dan model jembatan ini mirip dengan golden gate-nya San Fransisco USA.. tampaknya benar sekali.
2. Jembatan kedua bernama Jembatan Narasinga yang menghubungkan Pulau Tonton dengan Pulau Nipah, berbentuk lurus tanpa lengkungan dan memiliki panjang lebar tinggi 420 x 160 x 15 meter. Tidak kalah megahnya dengan Jembatan sebelumnya.
3. Jembatan ketiga adalah Jembatan Ali Haji yang menghubungkan Pulau Nipah dengan Pulau Setokok dan memiliki panjang lebar tinggi 270 x 45 x 15 meter.
4. Jembatan keempat bernama Jembatan Sultan Zainal Abidin yang menghubungkan Pulau Setokok dengan Pulau Rempang dan memiliki panjang lebar tinggi 365 x 145 x 16,5 meter.
5. Jembatan kelima adalah Jembatan Tuanku Tambusai yang menghubungkan Pulau Rempang dengan Pulau Galang dan memiliki panjang lebar tinggi 385 x 245 x 31 meter.
6. Jembatan keenam atau yang terakhir bernama Jembatan Raja Kecil,menghubungkan Pulau Galang dengan Pulau Galang Baru dan memiliki panjang lebar tinggi 180 x 45 x 9,5 meter.
Jembatan keenam ini sangat dikenal karena nilai sejarah dari pulau yang dihubungkannya. Di Pulau Galang ini pernah dijadikan tempat penampungan sedikitnya 250.000 pengungsi dari Vietnam pada tahun 1975-1996. Bekas tempat pengungsian yang berada di Desa Sijantung, Kecamatan Galang ini masih menyisakan benda-benda atau bangunan-bangunan peninggalan para pengungsi. Peninggalan yang kaya dengan nilai sejarah ini, tidak ada yang mau melewatkannya dan telah membuat takjub banyak orang. Semua benar-benar ada dan nyata di sini.
Pemerintah Kota Batam menjadikan Jembatan Barelang sebagai simbol kota dan juga ikon untuk program Visit Batam 2010. Tertarik ke pulau Batam, jangan lewatkan berkunjung ke “ikon”nya kota Batam.

Pantai Trikora :)


Trikora dan batu pantai-49
Pantai trikora memiliki panjang sekitar 25 kilometer dan berpasir putih, udaranya sejuk karena ditumbuhi pohon bakau dan kelapa. Anda akan menemukan penjual minuman dan makanan ( seafood ) di sepanjang pantai, anda bisa menikmati segarnya berbagai macam kuliner laut, seperti ikan, udang, kepiting dan sotong segar. Juga air kelapa muda yang buahnya langsung diambil dari pohon-pohon kelapa disekitar pantai. Dan “otak-otak” yang menjadi makanan favorit (terbuat dari ikan laut atau cumi-cumi yang dibungkus memakai pelepah daun kelapa) yang masih panas untuk dinikmati sambil memandang keindahan pantai.
Trikora Beach Indonesia -39
Pantai Trikora ini terletak di Desa Malang Rapat, Kecamatan Gunung Kijang, sekitar 45 kilometer arah timur Kota Tanjungpinang , Kepulauan Riau . Dari Tanjungpinang sampai perbatasan Kabupaten Bintan jalannya beraspal bagus dan dapat dilalui tiga sampai empat lajur mobil. Namun, mulai dari perbatasan Gunung Kijang menuju Pantai Trikora kondisi jalan menjadi menyempit dan hanya cukup untuk dua lajur kendaraan saja. Untuk dapat mencapai lokasi pantai Trikora, dari Kota Tanjungpinang relatif mudah karena kondisi jalannya relatif mulus (sudah di aspal). Sebagai catatan, tidak ada angkutan umum yang melayani rute ke Pantai Trikora. Jadi, apabila hendak ke pantai ini, dapat menggunakan kendaraan pribadi ataupun sewaan.
Pantai ini memiliki batu-batu besar yang menjadi keunikan tersendiri,  Batu-batu itu sering dimanfaatkan oleh pengunjung pantai untuk berjemur atau memancing.




Pantai lagoi

Pantai Lagoi


Pantai Lagoi. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dan menjadi negara yang mempunyai garis pantai terpanjang kedua di dunia, sehingga tidak mengherankan bila negara kita tercinta ini kaya akan objek wisata pantai dan wisata baharinya. Salah satu pantai terindah itu adalah Pantai Lagoi.

Pantai Lagoi terletak di Kecamatan Bintan Utara, Kabupaten Bintan, Propinsi Kepulauan Riau. Pantai ini begitu indah dan tak kalah dengan pantai-pantai yang ada di Pulau Bali maupun Lombok. Dengan keindahan yang dimilikinya, banyak sekali wisatawan asing yang berkunjung ke pantai ini, terutama turis yang berasal dari Singapura, karena memang Pantai Lagoi ini hanya berjarak 45 kilometer sebelah tenggara Negeri Singa itu.

Beberapa Resort
Pantai Lagoi menawarkan keindahan alam yang mengagumkan. Pohon kelapa yang tumbuh rapi di tepi pantai berpadu dengan pasir putih yang lembut, membuat suasana di pantai ini begitu tenang. Ditambah suara deru ombak dan jernihnya air laut serta hembusan angin laut yang menerpa tubuh kita, menjadikan pantai ini layak disebut sebagai pantai bintang lima (kaya' hotel aja).

Pemandangan Dari Resort
Banyak aktivitas yang bisa dilakukan di pantai ini seperti berjemur, berenang,snorkeling, diving, dan sebagainya. Tak jauh dari pantai, terdapat beberapa resortbertaraf internasional dengan berbagai fasilitas seperti spa, area bermain golf dan kolam renang yang siap menyambut para wisatawan. 


Menyusuri Sungai Sebong
Setelah puas bermain di pantai dan bermain golf di resort-resort tersebut, wisatawan bisa melanjutkan aktivitas wisatanya menuju ke Sungai Sebong yang tak jauh dari pantai ini. Dengan menyewa perahu, pengunjung bisa menyusuri Sungai Sebong sembari melihat-lihat berbagai tumbuhan mangrove yang tumbuh di tepi sungai tersebut. Selain tumbuhan, bila beruntung pengunjung bisa menjumpai hewan-hewan liar yang hidup di pinggiran sungai. Keunikan Sungai Sebong ini adalah airnya yang terbagi menjadi 3 jenis yaitu asin, payau, dan tawar.

Untuk kuliner, di kawasan pantai ini banyak terdapat restoran-restoran terutama restoran seafood. Selain restoran, terdapat juga warung makan tradisional yang menjual kuliner khas Bintan yaitu Gonggong dan Otak-otakGonggong adalah sate siput laut sedangkan otak-otak sama serti yang biasa kita makan.

Suasana Di Telaga Punggur
Banyak rute untuk menuju ke Pantai Lagoi ini. Dari Pulau Batam bisa menggunakan speedboat di Telaga Punggur menuju ke Pantai Lagoi. Selain menggunakan speedboat, pengunjung bisa menaiki kapal Roro di Telaga Punggur, namun keberangkatannya sesuai jadwal. Bila melalui jalur darat, bisa dari Tanjung Pinang melalui Tanjung Uban menuju Pantai Lagoi sejauh 80 kilometer yang biasanya ditempuh dalam waktu 2 jam.

Indahnya Pulau Penyengat



Pulau Penyengat merupakan salah satu pulau di Propinsi Kepulauan Riau. Letaknya sekitar 6 kilometer dari Kota Tanjung Pinang, ibukota Kepulauan Riau. Pulau ini bisa ditempuh selama 15 menit dengan menggunakan perahu pompongyang bisa disewa dengan harga Rp 80.000/perahu atau Rp 5.000 - Rp 10.000/orang.

Masjid Raya Sultan Riau
Nama Pulau Penyengat sendiri berasal dari cerita masa lalu yaitu saat para pelaut menjadikan pulau ini sebagai tempat persinggahan dan untuk mengambil air tawar yang ada di pulau ini. Saat mengambil air tawar tersebut, mereka di serang oleh semacam lebah yang disebut mereka "penyengat", kejadian itu menimbulkan korban jiwa. Sejak peristiwa itu pulau ini disebut Pulau Penyengat atau Pulau Penyengat Indera Sakti.

Pulau yang berukuran 2.500 meter X 750 meter ini  merupakan salah satu objek wisata yang ada di Kepulauan Riau. Salah satu objek yang wajib kita kunjungi adalah Masjid Raya Sultan Riau. Masjid ini tidak menggunakan semen sama sekali untuk perekatnya, hanya menggunakan putih telur, kapur dan tanah liat.

Depan Kompleks Masjid
Masjid berwarna kuning ini dibangun mas kawin Sultan Mahmud kepada calon istrinya yaitu Engku Putri Raja Hamidah. Pada awal pembangunannya tahun 1803, masjid ini tidak sekokoh seperti sekarang.

Bangunan masjid ini awalnya berbahan dari kayu, namun pada tahun 1832 pada masa pemerintahan Yang Dipertuan Muda Riau VII Raja Abdul Rahman, masjid ini direnovasi. Renovasi masjid ini bertujuan agar lebih banyak lagi jamaah yang bisa ditampung di dalam masjid. Sekarang masjid ini memiliki panjang 19,80 meter dan lebar 18 meter, ditopang oleh 4 pilar dan 13 kubah bulat, yang mampu menampung 3.000 jamaah.

Makam Engku Putri Raja Hamidah
Masuk ke dalam masjid, pengunjung akan melihat kitab suci Al Quran tulisan tangan dan dua lemari perpustakaan Kerajaan Riau-Lingga dengan pintu berukir kaligrafi di kiri dan kanannya.

Istana Kantor
Puas menikmati keindahan masjid ini, kita bisa mengelilingi pulau ini dengan menggunakan becak motor dengan biaya sewa Rp 25.000/jam. Kita akan dibawa ke beberapa tujuan lainnya seperti makam Engku Putri Raja Hamidah, makam Raja Haji Fisabilillah, makam Raja Jakfar, Istana Kantor, dan Balai Adat Indra Perkasa, tempat sumber mata air di pulau ini. Sama halnya Masjid Raya Sultan Riau, komplek makam raja-raja tersebut di dominasi warna kuning, yang menjadi simbol kejayaan Melayu kala itu.